Penulis :
Umar Kayam
Penerbit :
Pustaka Utama Grafiti
Tahun Terbit : 2008 (cetakan ke-12)
Tebal :
337 halaman
Harga :
-
Sastrodarsono adalah anak seorang petani
biasa yang dapat bersekolah dan digadang-gadang menjadi priyayi. Apa yang
dicita-citakan kedua orangtuanya berhasil ketika pada akhirnya Sastrodarsono
(pada awalnya Soedarsono) diangkat menjadi guru bantu di Ploso. Meskipun baru priyayi
cilik, berita itu disambut dengan
gembira oleh seluruh keluarga. Dan begitulah, Sastrodarsono diberikan tanggung
jawab untuk membangun dinasti keluarga priyayi.
Sastrodarsono
membangung keluarga mereka setelah menikah dengan Aisah. Dengan bantuan Ndoro
Seten dan pihak-pihak lain, karirnya terus melaju. Sadar akan tanggung
jawabnya, Sastrodarsono menerima titipan anak-anak dari kerabatnya untuk
disekolahkan serta dididik agar menjadi priyayi. Dari beberapa kemenakan yang
dititipkan padanya, ada beberapa yang menurut serta ada pula yang nakalnya
minta ampun.
Soenandar adalah
kemenakan yang nakalnya luar biasa. Ia sering berbuat jail, bahkan sampai
mencuri uang. Didikan keras Sastrodarsono pun tak mempan lagi hingga ia
dikeluarkan dari sekolah. Keadaan keluarga Soenandar yang miskin karena ibunya
seorang janda membuat niat Sastrodarsono untuk mengembalikan Soenandar menjadi
urung dilakukan.
Ketika Sastrodarsono
membuka sekolah di Wanalawas, Soenandar ditugaskan Sastrodarsono untuk
mengawasi di sana, sedangkan Sastrodarsono akan berkunjung tiap akhir pekan. Di
Wanalawas, Soedarsono tinggal di rumah seorang janda dengan seorang anak gadis.
Tak dinyana, ia kabur setelah menghamili anak gadis tersebut. Dari situ
lahirlah Lantip (awalnya bernama Wage) yang kemudian ditarik Sastrodarsono
untuk tinggal bersama di Wanagalih. Lantip tumbuh menjadi anak yang memiliki
pembawaan tenang dan berbakti. Ditambah ketika Embah Wedok serta Emboknya
meninggal, hanya keluarga Sastrodarsono yang merawatnya.
Sastrodarsono memiliki
tiga orang anak, yaitu Noegroho, Hardojo, serta Soemini. Ketika Lantip mulai
tinggal di sana, anak-anak Sastrodarsono sudah pergi ke kota lain untuk
membangun keluarga masing-masing. Pada suatu malam ketika ketiga anaknya
berkumpul di Wanagalih, segera setelah peristiwa penempelengan tentara Nippon
terhadap Sastrodarsono, Lantip diserahkan kepada Hardojo untuk disekolahkan
lebih tinggi lagi. Hardojo menyanggupi hal itu, bahkan mengangkat Lantip
menjadi anaknya.
Seiring perubahan
zaman, banyak hal yang terjadi termasuk masalah-masalah yang menimpa keluarga
Sastrodarsono. Beberapa permasalahan seperti kehamilan Marie di luar nikah
serta Hari yang terseret kasus Lekra membuat Lantip harus turun tangan.
Ketulusan serta ketenangan Lantip dalam menghadapi masalah dipercaya keluarga
untuk mencari penyelesaian yang sebaik-baiknya.
Tanggapan
Novel
ini telah memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kehidupan priyayi Jawa
tradisional pada zaman dahulu serta bagaimana berharga dan sulitnya mendapat
status priyayi.
Terlepas
dari status priyayi yang membuat masyarakat terlihat seperti terkotak-kotak,
terdapat beberapa hal yang patut dicontoh dari kehidupan seorang priyayi.
Seperti dalam novel ini, priyayi juga bertangung jawab terhadap penghidupan
masyarakat di sekitarnya. Dalam tokoh Sastrodarsono misalnya, karena berprofesi
sebagai seorang guru, maka salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat
adalah dengan mendirikan sekolah di Wanalawas. Selain itu, dalam lingkup
keluarga, Sastrodarsono merasa berkewajiban untuk ikut menngangkat status sanak
saudaranya dengan cara merawat, mendidik, serta menyekolahkan anak kerabat yang
dipercayakan padanya. Meskipun pada akhirnya anak yang dititipkan hanya menjadi
priyayi rendahan, namun prinsip yang dianut Sastrodarsono bahwa priyayi yang
menelantarkan sanak saudara itu saru, patut
dicontoh. Jadi, kalau makmur ya diusahakan agar semuanya ikut merasakan makmur,
jangan dinikmati sendiri.
Selain itu, sifat lain yang patut
Selain
itu, sifat lain yang juga patut dicontoh adalah sifat sabar yang ditunjukkan
tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Sabar dalam menghadapi cobaan, serta menganggap
cobaan sebagai salah satu ujian dari Gusti yang memang harus dijalani. Sifat mikul dhuwur mendhem jero yang
ditunjukkan tokoh Lantip juga patut diperhatikan.
0 komentar:
Posting Komentar