Minggu, 24 Maret 2013

SINOPSIS NEFERTITI



KEMEGAHAN DAN PENGKHIANATAN
            Dimulai dari kematian Tuthmosis, Amenhotep berhasil menduduki tahta yang akhirnya memerintah di Mesir Bawah. Keluarga Wasir Ay yang selalu menyediakan putri-putrinya untuk menjadi permaisuri raja, menyerahkan tanggung jawab itu pada Nefertiti. Nefertiti yang cantik dan ambisius dipercaya Ratu Tiye untuk mengendalikan Amenhotep yang tidak stabil. Mutnodjmet, si adik yang sangat menyayangi Nefertiti diputuskan orang tuanya untuk melayani Nefertiti.
            Lain rencana lain pula yang terjadi. Nefertiti yang seharusnya mengendalikan obsesi Amenhotep terhadap Dewa Aten justru terseret ke dalamnya. Dikarenakan tak ingin kalah dengan Kiya, Nefertiti mendukung segala yang diinginkan Amenhotep termasuk revolusi agama baru yang dibawanya. Pihak tentara yang setia dengan Firaun Atas dianggap pengkhianat oleh Amenhotep.
            Nefertiti sangat dicintai oleh rakyat Mesir, suatu keunggulan yang tidak dimiliki oleh Kiya. Dengan itulah, Nefertiti memanfaatkannya untuk menjauhkan Amenhotep dari Kiya. Satu persatu peraturan mulai diubah sesuai permintaan Nefertiti.
            Sementara itu, Nefertiti terus meluaskan pengaruhnya dengan mengukir wajahnya di setiap sudut kota Mesir. Setelah Amenhotep berhasil menundukkan para pendeta Amun, ia merayakannya dengan membangun berbagai bangunan yang megah tentu saja dilengkapi dengan ukiran wajahnya dan Nefertiti. Proyek besarnya adalah membangun sebuah kota yang megah yang dapat menggantikan Thebes.
            Disadari oleh Mutnodjmet, kehidupan di istana berbeda dari apa yang selama ini dipikirkannya. Kehidupan istana yang penuh dengan kelicikan dan usaha untuk saling menjatuhkan dirasa sangat mengerikan. Namun, demi Nefertiti, ia tanpa sadar terseret dalam permainan yang berbahaya itu. Juga ketika Kiya mengalami keguguran pada kandungannya yang kedua, Mutnodjmetlah yang menyarankan Nefertiti untuk menggunakan akar akasia. Pada akhirnya, ramuannya itulah yang juga membunuh janin hasil hubungannya dengan seorang jenderal bernama Nakhtim. Hal itulah yang akhirnya dapat membuat kakak beradik itu berseteru karena Mutnodjmet mencurigai Nefertiti yang telah meracuninya dengan akar akasia.
            Sejak kejadian tersebut, hubungan Nefertiti dan Mutnodjmet memburuk. Si adik memutuskan untuk hidup terpisah di luar istana. Meski begitu, Mutnodjmet tetap menemani Nefertiti tiap kali melahirkan. Sudah enam kali Nefertiti melahirkan dan semua anaknya perempuan, sementara Kiya kembali mengandung.
            Peran Nefertiti dalam memerintah Mesir mencapai puncaknya ketika ia akhirnya diangkat menjadi Firaun. Itu berarti ada dua firaun yang memerintah di Mesir Bawah. Untuk merayakannya, Amenhotep mengadakan Festival Durbar dan bersikeras mengundang bangsa Hittite, bangsa yang menjadi musuh Mesir. Keputusan untuk mengundang bangsa Hittite mendapat tentangan dari Wasir Ay karena bisa saja kedatangan mereka membawa penyakit. Nefertiti tak mampu berbuat banyak untuk membujuk suaminya agar mengurungkan niat tersebut. Amenhotep bersikeras bahwa dengan cara mengundang bangsa Hittite, ia bermaksud untuk menunjukkan kebesaran Mesir. Bencana besar akhirnya melanda Mesir justru ketika festival belum usai. Bangsa Hittite sesuai dengan dugaan Wasir Ay membawa penyakit mematikan yang mereka namai Kematian Hitam.
            Selama sebulan istana diisolasi. Ketika serangan penyakit itu berhenti, barulah diketahui berapa jumlah korban yang jatuh. Empat anak Nefertiti tewas, begitu juga dengan anak Kiya. Amenhotep ikut tetular segera setelah ia mengamuk mencari para pendeta Amun yang dianggap telah membuat murka Aten. Tidak diragukan lagi, Amenhotep juga segera tewas. Sementara Kiya meninggal setelah melahirkan anak keduanya dan menitipkannya pada Mutnodjmet yang kala itu telah memiliki seorang anak setelah menikah dengan Nakhtim.
            Pemerintahan baru segera dibentuk dengan Nefertiti sebagai Firaunnya. Kepercayaan juga dipulihkan dengan mengembalikan kepercayaan lama mereka kepada Dewa Ra. Pusat pemerintahan kembali dipindah ke Thebes. Segala kejayaan selama pemerintahan Amenhotep ikut terkubur bersama wabah Kematian Hitam. Selama memerintah, Nefertiti mencoba mendamaikan para Pendeta Aten yang tetap mempertahankan kepercayaan yang dibawa Amenhotep. Meskipun para wazir telah memperingatkan adanya bahaya, Nefertiti tetap pada keputusannya untuk mengadakan diskusi. Ditangan para Pendeta Aten itulah masa hidup Nefertiti dan Meritaten berakhir. Mereka berdua dibunuh ketika melakukan pertemuan.
            Nefertiti, ratu sekaligus firaun yang dikenal dengan kecantikannya yang termasyur hingga saat ini tewas oleh penganut kepercayaan yang dulu ia sebarkan bersama Amenhotep, suaminya. Dengan demikian, era kepemimpinan Nefertiti digantikan oleh Tutankhamun yang ketika itu baru berusia sembilan tahun.
Tanggapan
            Sebuah kisah mengagumkan yang mengangkat Mesir Kuno sebagai latarnya dan secara khusus menuliskan kisah Nefertiti. Pengambilan sudut pandang yang dilakukan penulis (dalam hal ini menggunakan sudut pandang Mutnodjmet) saya pikir cukup cerdas. Dapat dikatakan, penulis cukup berhati-hati dalam menuliskan kisah ini. Terlebih kisah ini mengenai Nefertiti yang sangat terkenal. Menggunakan sudut pandang Mutnodjmet sebagai tokoh yang serba tahu, penulis memang tidak terlalu berani atau justru tidak gegabah.
            Terlepas dari pengambilan sudut pandang yang dilakukan penulis, buku ini telah mampu menampilkan intrik yang memukau. Segala hal yang mungkin terjadi di istana seperti kemewahan, ambisi, pengkhianatan, serta perebutan tahta ditampilkan dengan manis.
            Namun, yang perlu sedikit disoroti di sini adalah ketika cerita memasuki pertengkaran Mutnodjmet dengan Nefertiti. Setelah perselisihan itu terjadi, cerita seperti kehilangan fokusnya. Penulis lebih mengeksplorasi tokoh si adik padahal fokus cerita sebelumnya adalah Nefertiti. Bahkan penulis tidak menyinggung sepak terjang Nefertiti sama sekali. Itu sedikit membosankan karena pembaca lebih ingin membaca kisah hidup Nefertiti secara lebih mendetail seperti yang tertera pada judul buku tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar