
Masa remaja sebagai masa transisi menuju
kematangan dan kemandirian. Pada masa itu pula remaja mendapatkan banyak
tuntutan yang seringkali bertentangan yang berasal dari orang tua, teman, guru,
masyarakat, dan lingkungan. Berbekal dari ketidaksepahaman antara remaja dengan
tuntutan, maka muncullah “gerakan pemberontakan” terhadap otoritas orang
dewasa. Macam pemberontakkan sendiri cukup banyak yang kesemuanya lebih mudah
disebut sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja dewasa ini sudah cukup
memprihatinkan, mulai dari tawuran, pemalakan, pencurian, pelecehan seksual,
dan tindakan kriminal lainnnya.
Berawal
dari berkumpul bersama teman sebayanya, remaja kemudian membentuk sebuah
kelompok yang disebut sebagai geng. Geng ini biasanya terbentuk oleh “kesamaan
nasib” yang biasanya berupa penolakan sehingga mereka bersikap anti-sosial.
Pada awalnya geng ini merupakan kelompok yang secara bersama-sama mencari
pengalaman baru yang menyenangkan, namun lama-kelamaan perbuatan mereka
semakina liar, tidak terkendali, dan mengarah kepada tindak kekerasan.
Geng
Motor sebagai Bentuk Kenakalan Remaja
Perlu
di tekankan di sini bahwa penyebutan geng motor tidak sama dengan Club Motor yang memang tujuan
terbentuknya sudah berbeda. Club Motor
biasanya terbentuk oleh kesamaan hobi atau kesamaan motor dengan menggunakan
organisasi formal sebagai perantaranya. Sedangkan geng motor lebih kepada
sebuah perkumpulan yang suka kebut-kebutan di malam hari dengan suara berisik,
tidak segan-segan melakukan tindakan kriminal, dan tidak terdaftar di
kepolisian. Geng motor ini juga tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan
yang melanggar hukum.
Kasus
kriminal yang dilakukan geng motor mulai merebak akhir-akhir ini. Hal tersebut
membuat masyarakat kembali resah setelah kasus yang sama merebak beberapa tahun
yang lalu. Permasalahannya masih tetap
sama, yaitu berupa tindak kriminal yang baru-baru ini berupa perusakan
minimarket serta pembunuhan.
Seperti
yang telah disebutkan di atas, bentuk kenakalan remaja banyak macamnya, geng
motor salah satunya. Geng motor yang doyan mengadakan konvoi menjadi wadah
pelampiasan yang menarik bagi remaja. Dan remaja yang adrenalinnya mudah
terpacu akan sangat tertarik dengan aksi kebut-kebutan yang menjadi ciri khas
geng motor.
Pentingnya
Peran Orang Tua dan Pendidikan
Sejalan
dengan uraian di atas, remaja adalah pribadi-pribadi yang gelisah. Remaja
seperti ini membutuhkan pendamping. Dalam banyak kasus, orang tua justru tidak
memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya dengan banyak alasan sebagai
pembenaran. Mereka cukup tahu bahwa anak bersikap manis di rumah, sehingga
mereka memilih untuk tutup mata dan menjadi tidak tahu bagaimana perilaku anak
di luar rumah. Orang tua yang sibuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi menjadi
tidak tahu-menahu (tidak mau tahu) anak mereka kemana, bergaul dengan siapa
saja, juga apa saja yang dilakukan.
Hubungan orang tua-anak yang ada
selama ini hanya berupa objek-objek. Orang tua memandang anak sebagai objek,
begitu juga cara anak memandang orang tua. Cinta dan kasih sayang menjadi
penentu dalam mengatasi permasalahan ini. Orang tua yang awalnya acuh harus
lebih memperhatikan perkembangan anak.
Pendidikan
juga perlu disoroti atas maraknya perilaku geng motor yang bersifat destruktif.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan kita telah gagal dalam mendidik. Siswa saat
ini tidak cukup hanya belajar mata pelajaran tertentu atau lulus ujian
nasional. Mereka, para siswa membutuhkan sesuatu yang lebih dari itu, mereka
membutuhkan hal yang tidak hanya membuat mereka cerdas secara kognitif saja,
mereka juga membutuhkan pelajaran moral serta etika.
Sistem
pendidikan kita selama ini melulu mengacu pada keberhasilan secara kognitif
semata. Siswa diberi tuntutan yang cukup berat hingga dapat menimbulkan stres.
Berangkat dari stres inilah kemudian remaja mencari pelampiasan.
Ada
baiknya bila sistem pendidikan kita kembali diarahkan agar tidak hanya
memperhatikan kecerdasan kognitif semata, namun juga afektif dan psikomotorik.
Pemantauan terhadap budi pekerti siswa juga perlu dilakukan agar nantinya siswa
tihak hanya cerdas secara kognitif namun juga sehat psikologinya.
0 komentar:
Posting Komentar