Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota
Terbit : Jakarta
Tahun
Terbit : 1986
Tebal : 234 halaman
Dua tahun berada dalam tahanan, Srintil akhirnya dapat
bebas. Meski begitu, kehidupan tak lantas kembali seperti semula. Dukuh Paruk
terlanjur dicap komunis sejak tragedi September 1965 tak terkecuali Srintil,
ronggeng yang cantik. Srintil yang sekarang juga bukan lagi Srintil yang dulu,
yang sanggup menggoda tiap lelaki. Srintil tetap cantik, namun tak ada
keceriaan di wajahnya. Pengalaman pahit selama berada di tahanan membuatnya
selalu murung dan menjadi mudah takut setiap bertemu dengan penguasa.
Lalu
hadirlah Bajus dalam kehidupan Srintil, seorang pemuda dari Jakarta. Berawal
dari pengukuran tanah yang dilakukan di dekat Dukuh Paruk, Bajus melihat
Srintil sebagai seorang wanita yang memiliki kecantikan yang takkan mampu
ditolak oleh lelaki manapun. Berkat Bajus, sedikit demi sedikit Srintil
menemukan gairah hidupnya, juga tanpa sadar Srintil menjadi jarang memikirkan
Rasus.
Ketika
semuanya telah dirasa sempurna, maka bersiaplah untuk yang terburuk. Srintil
yang selama berada di tahanan dipaksa untuk melayani nafsu para tentara, kini
ia kembali dipaksa untuk melayani seorang bos. Yang paling menyakitkan dan
tidak dapat diterima adalah karena orang yang memaksanya adalah Bajus, seorang
pria yang kepadanya Srintil berani mengangankan rumah tangga. Demi sebuah
proyek, Bajus memaksa srintil untuk menemani bosnya. Peristiwa yang begitu
tiba-tiba itu membuat jiwa Srintil terguncang. Sejak itu Srintil bukan lagi
Srintil. Kewarasannya telah meninggalkannya semenjak peristiwa itu.
Rasus
kembali dari dinasnya di Kalimantan. Sayup-sayup didengarnya Srintil nembang, lalu diikuti suara tawa, jerit
dan tangis. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati kondisi Srintil. Menyadari
siapa Srintil yang lebih dari sekedar teman masa kecilnya, tempatnya dulu
menggantungkan diri Emak membuat Rasus trenyuh.
Lebih dari itu, Srintil adalah wanita yang selalu memiliki tempat istimewa di
hatinya. Rasus dengan segala upayanya berniat memperbaiki tanah kelahirannya,
Dukuh Paruk, juga merawat Srintil. Lebih dari itu, ia berniat menikahi Srintil.