Senin, 25 Maret 2013

SINOPSIS JANTERA BIANGLALA


Judul               : Jantera Bianglala
Penulis             : Ahmad Tohari
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit      : Jakarta
Tahun Terbit    : 1986
Tebal               : 234 halaman

          Dua tahun berada dalam tahanan, Srintil akhirnya dapat bebas. Meski begitu, kehidupan tak lantas kembali seperti semula. Dukuh Paruk terlanjur dicap komunis sejak tragedi September 1965 tak terkecuali Srintil, ronggeng yang cantik. Srintil yang sekarang juga bukan lagi Srintil yang dulu, yang sanggup menggoda tiap lelaki. Srintil tetap cantik, namun tak ada keceriaan di wajahnya. Pengalaman pahit selama berada di tahanan membuatnya selalu murung dan menjadi mudah takut setiap bertemu dengan penguasa.
            Lalu hadirlah Bajus dalam kehidupan Srintil, seorang pemuda dari Jakarta. Berawal dari pengukuran tanah yang dilakukan di dekat Dukuh Paruk, Bajus melihat Srintil sebagai seorang wanita yang memiliki kecantikan yang takkan mampu ditolak oleh lelaki manapun. Berkat Bajus, sedikit demi sedikit Srintil menemukan gairah hidupnya, juga tanpa sadar Srintil menjadi jarang memikirkan Rasus.
            Ketika semuanya telah dirasa sempurna, maka bersiaplah untuk yang terburuk. Srintil yang selama berada di tahanan dipaksa untuk melayani nafsu para tentara, kini ia kembali dipaksa untuk melayani seorang bos. Yang paling menyakitkan dan tidak dapat diterima adalah karena orang yang memaksanya adalah Bajus, seorang pria yang kepadanya Srintil berani mengangankan rumah tangga. Demi sebuah proyek, Bajus memaksa srintil untuk menemani bosnya. Peristiwa yang begitu tiba-tiba itu membuat jiwa Srintil terguncang. Sejak itu Srintil bukan lagi Srintil. Kewarasannya telah meninggalkannya semenjak peristiwa itu.
            Rasus kembali dari dinasnya di Kalimantan. Sayup-sayup didengarnya Srintil nembang, lalu diikuti suara tawa, jerit dan tangis. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati kondisi Srintil. Menyadari siapa Srintil yang lebih dari sekedar teman masa kecilnya, tempatnya dulu menggantungkan diri Emak membuat Rasus trenyuh. Lebih dari itu, Srintil adalah wanita yang selalu memiliki tempat istimewa di hatinya. Rasus dengan segala upayanya berniat memperbaiki tanah kelahirannya, Dukuh Paruk, juga merawat Srintil. Lebih dari itu, ia berniat menikahi Srintil.



SINOPSIS FIREFLY LANE


Judul               : Firefly Lane
Penulis             : Kristin Hannah
Penerbit           : Gagas Media (Hak Terjemahan)
Tahun Terbit    : 2011 (cetakan pertama)
Kota Terbit      : Jakarta
Tebal               : 627 halaman

             Ini adalah sebuah kisah persahabatan yang mengharukan antara Kate Mularkey dan Tully Hart. Dua orang yang memiliki sifat yang berbeda namun disatukan oleh sebuah kata yang sangat sakti yaitu persahabatan. Kate Mularkey adalah orang yang biasa saja, pendiam, dan tentu saja bukan tipe anak yang dapat masuk dalam lingkungan anak-anak populer. Berbeda dari Kate, Tully Hart adalah orang yang cerdas, ambisius. Dia adalah tipe yang akan selalu dicemburui para wanita.
            Persahabatan mereka dimulai di suatu malam. Ketika itu Tully baru saja pindah beberapa hari yang lalu dan malam itu ia baru saja berpesta bersama anak-anak populer. Pesta itu berjalan tidak sesuai harapan Tully karena di sanalah keperawanannya dicerabut. Pulang dengan kesedihan yang menyakitkan, ia tahu ia tak dapat berharap banyak pada ibunya. Dalam kesedihan itulah ia bertemu dengan Kate yang juga merupakan tetangganya. Dari situlah kisah persahabatan mereka dimulai.
            Kehidupan remaja mereka menyenangkan, terutama bagi Kate. Ia bersyukur memiliki teman yang sangat menyenangkan seperti Tully. Tully mengajarinya mimpi-mimpi indah yang bahkan selama ini tak berani ia impikan, bukan karena ia bodoh tapi lebih kepada sifatnya yang sedikit penakut. Mereka saling mengisi kekurangan masing-masing. Ia seperti pengingat bagi Tully yang sembrono dan Tully telah menularkan keberanian padanya.
            Hari itu, ujian pertama dari persahabatn mereka datang. Ibu Tully dipenjara sehingga mau tak mau Tully harus tinggal bersama neneknya lagi. Hal itu berarti perpisahan bagi mereka berdua. Mereka berpisah dengan janji akan sering-sering berkirim surat satu sama lain. Begitulah mereka mempertahankan persahabatan mereka, meskipun intensitas berkirim surat semakin jarang, namun mereka tetap menjaga persahabatan itu. Beberapa tahun setelahnya, nenek Tully meninggal. Pada saat itu Tully belum dianggap dewasa sehingga harus tinggal di panti sosial karena satu-satunya keluarga yang masih ada yaitu ibunya juga tidak diketahui dimana keberadaannya.
            Tully yang nekat akhirnya kabur dari panti sosial tersebut. Tujuannya hanya satu, yaitu rumah sahabatnya, Kate. Di sana ia diterima dengan sangat ramah. Demi mengetahui keadaan Tully, keluarga itu pun mengadopsi Tully menjadi anak mereka. Dua sahabat itu merayakannya dengan sangat gembira, kini mereka adalah keluarga.
            Kebersamaan mereka terus berlangsung dengan masuk di universitas dan jurusan yang sama. Setelah lulus, mereka juga bekerja di tempat yang sama. Karir mereka cemerlang, terutama Tully, sedangkan Kate memilih untuk menikah. Sementara Tully menjadi presenter yang ternama, Kate bahagia dengan mengurus rumah tangganya.
            Semua cobaan dalam persahabatan mereka telah mereka atasi. Kesalahpahaman, kecemburuan, perselisihan, semuanya mereka lewati walaupun dengan susah payah. Satu hal yang tidak mereka sadari yang akan memisahkan mereka, yaitu kematian. Kate telah divonis mengidap kanker payudara stadium akhir. Berpuluh-puluh tahun mereka mempertahankan persahabatan dengan rintangan yang tak mudah, mereka selalu mampu melewatinya. Kini dengan penyakit itu, untuk pertama kalinya Kate maupun Tully tak mampu berbuat apa-apa selain berdoa dan mengisi hari-hari mereka dengan kebahagiaan.



SINOPSIS LINTANG KEMUKUS DINI HARI


Judul               : Lintang Kemukus Dini Hari
Penulis             : Ahmad Tohari
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit      : Jakarta
Tahun Terbit    : 1999 (cetakan kelima)
Tebal               : 209 halaman

           Kepergian Rasus yang tanpa pamit memberikan luka tersendiri bagi Srintil. Ia merasa telah ditolak oleh lelaki yang dicintainya.
            Seiring waktu, ketenaran Srintil sebagai seorang ronggeng mencapai puncaknya. Parasnya yang ayu serta kekenesannya membuat bayarannya menjadi lebih mahal. Di puncak segala ketenaran itu, Srintil merasa kosong. Layaknya seorang wanita, ia menginginkan suami serta anak. Namun sebagai ronggeng, hal tersebut jelas dilarang. Lebih dari itu, ia tidak dapat melupakan Rasus.
            Kekosongan itulah yang membuatnya jarang naik pentas lagi. Ia merasa tidak memiliki gairah untuk meronggeng, justru keingannnya untuk hidup berumahtangga; bersuami serta memiliki anak, selalu mengganggunya. Hal itu pula yang membuatnya menyayangi Goder, seorang anak kecil yang mampu membuatnya damai. Keadaan itu terus berlangsung, membuat Srintil jarang pentas dan tak mau lagi melayani lelaki.
            Hingga suatu hari datanglah undangan untuk pentas di acara tujuh belas agustusan yang dilaksanakan di kecamatan. Srintil jelas menolak tawaran itu, namun dengan sedikit ancaman mengenai keselamatannya dan keselamatan warga Dukuh Paruk,ia ragu juga. Demi mendapatkan keputusan yang benar, ia berkeliling kampung, lalu berhenti begitu saja di depan rumah Sakum. Ketika ia melihat betapa susahnya hidup Sakum itulah hatinya benar-benar luruh. Sudah ia putuskan: ia tak akan menolak tawaran itu. dari situlah kemudian Srintil tak pernah lagi menolak tawaran pentas, namun untuk melayani lelaki ia tak mau. Ia kini telah menjelma menjadi wanita dewasa yang bermartabat.
            Menjelang tahun 1964, perkumpulan ronggeng tersebut sering pentas di bawah perintah Bakar. Bakar sendiri telah dianggap sebagai orang yang mampu memimpin serta mengayomi warga Dukuh Paruk. Kelompok ronggeng Dukuh Paruk yang sesungguhnya tak mengerti apa-apa, senang-senang saja ketika disuruh pentas  di berbagai kesempatantermasuk dalam rapat-rapat propaganda yang berlangsung.
            Kutukan sepenuhnya harus dilayangkan pada kebodohan orang Dukuh Paruk. Dengan niat ingin mambalas budi baik Bakar, kelompok ronggeng tersebut justru masuk dalam perang politik yang berbahaya di tahun 1965 yang mengakibatkan mereka ditahan. Semua anggota kelompok ronggeng tersebut ditahan. Dua hari kemudian mereka dipulangkan kecuali Srintil.